Terbangun jam 5, di Kualalumpur belum masuk waktu Subuh, jadi masih sempat qiyamul lail dan bangunin bocah. Menjadwalkan sarapan jam 7 dengan harapan di hari terakhir ini kita bisa lebih puas menjelajah Kualalumpur.
Sarapan di rooftop Metro Hotel. Menunya standar nasi lemak, teh, kopi, susu. Meskipun terlihat silau oleh matahari, tapi udaranya sejuk. Kafe-nya juga tidak ramai jadi tidak ada antrian. Setelah sarapan kami check out hotel dan menitipkan koper di luggage storage Metro Hotel.
Kami menuju KL Sentral, membeli tiket Komuter tujuan Batu Caves. Harga tiketnya RM 2 per orang. Keretanya bersih, sejuk, dan gak berdesakan.
Perjalanan dari KL Sentral ke Batu Caves sekitar 30 menit. Keluar kereta, kami ngikutin rombongan backpackers menuruni tangga, lalu berbelok menuju pintu keluar stasiun. Di sebelah kiri kita bisa melihat patung Hanoman raksasa. Di depan patung Hanoman ada kuil, lalu kolam ikan cantik, lalu ada deretan kios penjual kelapa muda dan suvenir oleh-oleh. Terakhir kita lihat patung raksasa berwarna kuning keemasan bersebelahan ratusan anak tangga menuju kuil.
Ada godaan untuk naik ke puncaknya tapi mengingat perjalanan kita masih banyak lokasi menarik lainnya dan membutuhkan energi yang tak sedikit untuk bisa enjoy, kami putuskan minum air kelapa muda saja, lalu kembali ke KL. Saking nyamannya di kereta, Ayah dan Kakak kriyep-kriyep ngangguk-ngangguk.
Akhirnya saya juga ikut memaksakan tidur sebentar. Lumayan setengah jam ngeCharge tenaga.
Setiba di KL Sentral kami naik laluan Kelana Jaya menuju Dataran Merdeka, atau Independent Square. Di sana ada alun-alun yang luas, ada KL City Gallery, ada Abdul Samad Building yang eksotis.
Masuk KL City Gallery sekarang udah nggak gratis lagi, tapi bayar RM 5 per orang, tapi dapat voucher yang bisa ditukar dengan suvenir atau makanan/minuman di cafe-nya. Di dalam, ada cerita KL jaman dahulu, miniatur bangunan populer di Kualalaumpur, ruang produksi berbagai suvenir khas KL City Gallery, Cafe, ruang pameran dan penjualan. Kami sempat nonton film KL vision selama 20 menit, bagus deh, tentang rencana pembangunan Kualalumpur 20 tahunan.
Caption: teater pemutaran film KL Vision.
Caption: latar belakang proses produksi suvenir KL City Gallery
Keluar dari KL City Gallery kami bergeser ke Dataran Merdeka / Independence Square, alun alun kota Kualalumpur.
Jam dua siang sinar mataharinya galak banget, hihihi.. jadi kita jalan cepat menuju Masjid Jamek, sholat Dzuhur dan ‘Ashar (jama taqdim).
Dari stasiun Masjid Jamek kami naik Laluan Kelana Jaya, hanya satu stasiun, langsung turun di Pasar Seni, di sana ada Central Market yang berisi toko dan kios yang menjual makanan dan suvenir oleh-oleh.
Di sebelah luar Central Market yakni di Jalan Hang Kasturi juga berjejer kios penjual suvenir, restoran, penjual buah segar, dan penginapan murah meriah, losmen/hostel. Kami makan siang di KFC, karena suami dan anak-anak mulai bosan nasi lemak, pinginnya nasi putih biasa, kita pikir di KFC ada tapi ternyata hanya ada pilihan nasi lemak lagi, akhirnya kita makan paket burgernya.
Sementara menunggu pesanan selesai, saya keluar sebentar ke kios buah di depan KFC, membeli Sunkist. Kios favorit saya, karena buah Sunkist-nya ranum-ranum, manis, airnya banyak, segar, dan harganya murah banget dibanding beli di Jakarta. RM 10 dapat 6 butir.
Anak-anak mulai kelihatan lelah tapi masih semangat lihat-lihat kota Kualalumpur, saya ajak naik bus Go-KL, moda transportasi yang gratis beneran, secara haltenya paasss banget di seberang Central Market.
Sampai Bukit Bintang, saya tanya anak-anak, “Mau turun? Cuma ada Mal dan jajanan aja sih..” Mereka menggeleng. Udah pewe. Bus-nya adem. Lagi pula, ngliat antrian penumpang yang mau naik bus kita juga lumayan rame. Kami kuatirz kalau turun di Bukit Bintang, pas mau naik bus lagi malah berdiri sampai Pasar Seni. Alhamdulillah nak-anak ini kurang tertarik jalan-jalan di Mal. Hehehehe…
Akhirnya kita ikut bus yang sama, kembali lagi ke Pasar Seni, kali ini tujuan kita ke Petalling Street Chinatown, belanja oleh-oleh. Roman muka kakak adik langsung bersinar binar. Dari halte terakhir bus Go KL di Pasar Seni, kami berjalan kaki lewat Hang Kasturi, jarak 100 meter saja, sampai Petalling Street. Mereka sibuk memilih suvenir untuk eyang, tante, adik sepupu, dan bff-nya. Mulai magnet kulkas, gantungan kunci yang berfungsi juga sebagai pemotong kuku, kaos, miniatur twin tower, tas kain, dan mug KL.
Petalling Street punya banyak daya tarik selain suvenir bagus murah meriah. Budget hotel, restoran (muslim harus pastikan dulu kehalalannya), kios buah segar dan jus, tas kulit, jam tangan, sepatu, koper, dan handbag kawe merk terkenal. Harus berani nawar harga. Tapi khusus oleh-oleh, banyak toko dan kios memasang bandrol harga pas, tapi emang beneran murahnya bila dibandingkan pusat suvenir di tempat lain.
Sesudah belanja, hari masih sore, padahal sudah jam 18.30 kami jajan Kebab Arab di kios kecil seberang Petalling Street – arah Central Market. Sebetulnya belum laper-laper banget, cuma mumpung lewat sekalian mampir, bungkus bawa buat bekal di kereta malam menuju Johor Baru.