Tentang Menjadi Diri Sendiri

Apa yang kita suka, belum tentu kita ingin memilikinya, karena suka belum tentu butuh. Contoh: saya suka ๐Ÿš— Pajero, Fortuner, CR-V , BMW X1, Corolla Cross, bukan berarti kepingin punya. Ya sebatas suka doang. Gak sampe disholawatin lebay. Kalo ketiban rejeki nomplok misalnya menang undian, pasti kujual. Saat ini aku berada di fase memakai barang yang sesuai dengan kebutuhanku. Bukan dengan alasan lifestyle.

Demikian juga dengan “menjadi”. Aku salut banget dengan seseustazah, aku kagum dengan ilmunya, kagum dengan semangat juangnya di tengah ujian hidup yang tidak ringan, kagum dengan keberagamaannya, kagum dengan karya-karyanya, namun bukan berarti aku kepingin merintis jalan hidup yang 100% sama dengan yang seperti beliau jalani.  I’m not that such follower. I have my own path and I’m doing it.  Menjadi diri sendiri itu merdeka. Merdeka untuk berkembang sesuai peta hidupku sendiri, bukan merdeka nggak ngapa-ngapain yรข ๐Ÿ˜€

Alasan Menunda S3

Akhirnya… Setelah melalui diskusi dengan keluarga dan teman-teman, mempertimbangkan masukan dari sahabat, salat istikharah dan “ngobrol” dengan Sang Maha Mengetahui yang lahir dan yang gaib (masa depan),  semoga Allah meridai keputusanku menunda S3.

Terus, ngapain dong, abis ini? Ijasah belum diterima karena masih ada persyaratan yang belum dilengkapi (buku ber-ISBN masih proses cetak). Mau apply jadi dosen belum bisa. Capek-capek lulus S2, kerjanya nonton drakor, ruugi doung. ๐Ÿ˜œ

Enggak gitu juga sih. Sejujurnya belum balik kebiasaan rally drakor, kok. Padahal sudah dicoba, kepingin nuntasin serial Under The Queen’s Umbrella belum berhasil, masih nyangkut episode 5, setengah musim aja belom. Padahal kecepatan disetting 1.50x.  Apalagi nonton yang lagi viral Queen of Tears, masih wacana, belum sempat satu episode pun.

Jadi, selain tetap mengajar tahsin Al Qur’an para mahmud (mamah-muda) yang luarbiasa semangat belajarnya, niatku dua tahun ini mau fokus tahfiz di LBQ Usmani, insyรข Allah. Aku berharap ritme hidupku bisa melambat, lebih slow-motion.

Karena, selama sekolah S2 kemarin proses tahfiz aku memang keserimpet-keserimpet, dua kali cuti. Ya, keteteran. Waktu dan energi kufokuskan nyusun makalah, berburu referensi, baca, catat, diskusi, rangkum dan analisis. Apalagi bulan-bulan terakhir menyelesaikan tesis dan mempersiapkan sidang. Sisa tilawah ODOJ doang tiap Subuh. Hari tahfiz hanya berhasil setor satu halaman dan murajaah dua halaman.

Sempat menyalahkan diri sendiri, belajar S2 jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsรฎr, tapi hafalannya terabaikan, gimana sih. Tapi kemudian istighfar, sadar kapasitas diri, dan bersyukur masih diberi kesempatan sekolah lagi, belajar bareng ulamรข (orang-orang berilmu, orang-orang yang takut kepada Allah), berada di lingkungan orang-orang yang tawadhu’ mรขsyรข Allah.

Serakah ilmu itu bagus, tapi lihat kondisi, jangan menzalimi diri sendiri, pakai skala prioritas. Oleh sebab ini, aku menyerahkan mimpiku (sekolah lagi) kepada Allah Sang Maha Mengetahui. Kalau memang itu baik bagiku, baik bagi keluargaku, baik bagi duniaku dan baik bagi akhiratku, insyรข Allah ada jalannya, ada waktunya. So, stop overthinking. Perbanyak syukur ajรข dan fokus curahkan energi kepada pilihan yang telah diputuskan. Life is beautiful.

Dasar keputusanku adalah firman-Nya, surah at-Thalรขq/65:2-3 (takwa, pembuka jalan dan rezeki), At-Taghรขbun/64: 16 (bertakwa sesuai kemampuan), Ibrahim/14:7 (bersyukur, nikmat akan ditambah). Allah SWT berfirman dalam sebuah hadis Qudsi,

ุนูŽู†ู’ ุฃูŽุจููŠ ุณูŽุนููŠุฏูุŒ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ: ยซูŠูŽู‚ููˆู„ู ุงู„ุฑู‘ูŽุจู‘ู ุนูŽุฒู‘ูŽ ูˆูŽุฌูŽู„ู‘ูŽ: ู…ูŽู†ู’ ุดูŽุบูŽู„ูŽู‡ู ุงู„ู’ู‚ูุฑู’ุขู†ู ุนูŽู†ู’ ุฐููƒู’ุฑููŠ ูˆูŽู…ูŽุณู’ุฃูŽู„ูŽุชููŠ ุฃูŽุนู’ุทูŽูŠู’ุชูู‡ู ุฃูŽูู’ุถูŽู„ูŽ ู…ูŽุง ุฃูุนู’ุทููŠ ุงู„ุณู‘ูŽุงุฆูู„ููŠู†ูŽุŒ ูˆูŽููŽุถู’ู„ู ูƒูŽู„ูŽุงู…ู ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุณูŽุงุฆูุฑู ุงู„ูƒูŽู„ูŽุงู…ู ูƒูŽููŽุถู’ู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุฎูŽู„ู’ู‚ูู‡ูยป



Diriwayatkan dari Abu Saโ€™id radhiyallaahu โ€˜anhu, dia berkata: Rasulullah ๏ทบ bersabda: โ€œAr-Robb ๏ทป berfirman: โ€œBarang siapa yang disibukan oleh al Qurโ€™an dari berdzikir kepada-Ku dan memohon kepada-Ku, maka Aku pasti memberikan kepadanya sesuatu yang lebih utama daripada yang diberikan kepada orang-orang yang memohon kepada-Ku. Dan keutamaan perkataan Allah atas seluruh perkataan adalah seperti keutamaan Allah atas seluruh makhluk-Nya.โ€

Hadis ini diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, no. 2916; Al-Baihaqi di dalam Syuโ€™abul Iman, no. 1860, dan di dalam Al-Asmaโ€™ was Shifat, no. 507, sebagai hadis qudsi.

Wallahu a’lam bish showรขb

Ngobras

Ngobrol asyik dengan duo dosen “ban item dan4”. Satu dosen filsafat di jurusan Manajemen Pendidikan Islam, dan yang satunya Kaprodi Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsรฎr (IAT). Dua-duanya terkenal sadis (baca: idealistic) di  ruang kelas dan ruang sidang: proposal, wip1, wip2, sidang tesis.

Alhamdulillah pengalamanku berkomunikasi dengan Kaprodi IAT –  Dr. Abd Mu’id Nawawi, M.A. – lancar jaya, bahkan beliau bersedia jadi pembimbing tugas akhirku sampai lulus. Sedangkan, Dr M. Adlan Nawawi, M.Hum (dosen filsafat di jurusan MPI) baru hari ini bertemu, langsung cair ngobrol asyik dan mau ajรข lagi diajak fotbar.

Ditanya Kaprodi, “ibuuk, gimana kabarnya, sekarang kesibukannya apa… selain jalan-jalan, hahaha.” – inilah resikonya temenan dengan dosen di sosmed.

Aku ikutan ketawa aja… ketawa ngenes. Lha iyaaa, dalam konteks akademisi, mahasiswa lain statusnya guru pesantren, kepala sekolah, ketua yayasan, guru SDIT, dosen, bisnis menara provider, dsb. Aku? Pernah jawab saya ngajar tahsin online para mahmud (mamah muda), direspon, “Wah berani ya, saya nggak berani.” Duh, padahal guru-guru di LBQ Usmani Condet sejak 2019 dorong-dorong aku, “ibu harus ngajar yรข, supaya ilmunya berkembang.”

Jadi kujawab, “Masih luntang-lantung di Perpusnas, nulis di blog, nunggu ijasah rilis baru berani apply ngajar, doakan lha yรข Ustad.” ๐Ÿ˜Š

Kenapa nggak langsung daftar S3 bu? “Hehehe, sedang diistikharahkan, diusahakan biayanya, kalo ada info program beasiswa buat emak-emak dasteran, boleh jugak Ustad, hehe.” – selain belum kelihatan hilalnya, aku juga belum kebayang mau nulis apa buat disertasi. Sedangkan, waktu daftar Magister Juli 2021 udah terang benderang planning mau ngapain aja dan mau nulis tesis tentang apa. Jadi, sejak semester satu sudah nyicil baca referensi dan latihan nulis (makalah, ppt).

Beliau melanjutkan, “Beasiswa S3 setahu saya nggak ada batasan umur, tapi kalau dapat, pasti akan lebih sibuk, hidup akan kembali jadi “abnormal” lagi seperti ketika ibu nyusun tesis. Empat tahun.”

“Wedew, kalo gitu gakpapa deh saat ini saya sibuknya jalan-jalan aja dulu, Ustad.” ๐Ÿ˜€ Napas dolooo.๐Ÿ˜€

Manasin mesin ๐Ÿง 
Merawat mimpi.
Lebak Bulus, 30 Apr 2024.