Jampi-jampi Al Qur’an?

Memang, ada sekelompok manusia yang membaca ayat Al Qur’an sebagai “jimat”. Baca ayat ini, agar dosenmu jinak. Baca ayat itu agar urusan dan rezeki lancar. Walaupun, ada beberapa hadis yang mengungkap keutamaan surat-surat atau ayat-ayat tertentu, misalnya baca ayat kursi dan tiga qul pada pagi dan petang sebagai penjagaan/perlindungan.

Al Qur’an itu untuk dibaca, ditadaburi, dan diamalkan isinya. Janganlah niat membaca ayat Al Qur’an sebagai sesuatu yang transaksional duniawi saja, apalagi jadi seperti jampi-jampi. Na’udzubillahi min dzâlik.

Niatkan utama membaca Al Qur’an untuk mendapatkan ampunan-Nya, rahmat-Nya, kelembutan-Nya, perlindungan dari kegaduhan di alam barzakh dan huru-hara di padang mahsyar, dan sebagainya. Bacalah Al Qur’an sebelum atau sesudah salat. Setelah selesai membacanya, angkat kedua tangan, berdoalah semoga amalan² tadi diridai-Nya, dosa-dosa diampuni, sampaikan salam sholawat, barulah doakan hajat dunia. Wallahu a’lam.

Mengapa Suka Menulis

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631).

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr dan Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhuma , Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“ Jagalah ilmu dengan menulis. “(Shahih Al-Jami’, no. 4434. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini sahih).

Terinspirasi oleh dua sabda Nabi saw inilah saya memberanikan diri keluar dari zona nyaman: menulis.

HG. Tarigan dalam bukunya Menulis Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa  menyebutkan manfaat menulis sebagai berikut;

(1) menulis menjernihkan pikiran,

(2) menulis mengatasi trauma,

(3) menulis membantu mendapatkan dan
mengingat informasi,

(4) menulis membantu memecahkan masalah,

(5) menulis membantu ketika kita harus memilih,

(6) orang yang rajin menulis akan semakin
canggih dalam mentransfer gagasan ke dalam bentuk simbol-simbol,

(7) orang yang sudah terbiasa menulis bisa mengontrol distribusi gagasan menurut jumlah kata/kalimat yang digunakan,

(8) dengan menulis kita diajak untuk berpikir lebih runtut dan logis,

(9) orang yang terbiasa menulis akan lebih menyukai cara sederhana, supaya pembacanya mudah memahami,

(10) dengan menulis kita diajak untuk mengamati sesuatu secara lebih luas,

(11) dengan menulis kita diajak untuk menggali makna dari sebuah peristiwa. Jika sebuah peristiwa buruk terjadi, kita diajak untuk mencari penyebabnya.

Bagaimana memulai?  Tulis saja. Bebas. Tidak perlu mengikuti banyak aturan. Tulis saja apa yang mau ditulis. Jangan menilai bagus atau jelek, karena itu potensial menghambat. Abaikan godaan self-talk yang negatif. Tanamkan prinsip bodoamat. Bebaskan jari menarikan diksi demi diksi. Tulis saja. Sampai dapat nikmatnya, perasaan-perasaan plong / lega setelahnya.

Ada ribuan tema tulisan yang dapat diulas. Mulai dari pengalaman diri sendiri, bisa jadi puluhan judul. Fenomena yang dilihat setiap hari dan pelajaran apa yang didapat, ini juga menarik. Hobi masak atau wisata kuliner atau traveling, ini termasuk tulisan yang paling banyak diminati. Menulis untuk tujuan komersil atau sebatas kesenangan pribadi, ini hanya soal pilihan. Mungkin saja tujuan menulis sebagai kesenangan pribadi ternyata bisa jadi cuan juga.

Beda dengan tulisan akademisi. Tentu saja ada aturan-aturan atau pakem yang harus diikuti. Setiap tulisan ilmiah harus ada dalilnya, dasarnya, landasannya, referensinya lengkap dengan judul, penulis, tahun terbit, dan halamannya. Ada bagian analisis dan kesimpulan. Ada kesempatan tulisan dipublikasikan, menjadi sebuah legacy sebagaimana hadis di atas. Tulisan hopefully bisa menjadi ilmu jariyah yang dapat terus mengalir ketika kita sudah wafat.

Wallahu a’lam.